[REVIEW] FILM FOXTROT SIX (2019) - (Anti-Spoiler)
FOXTROT SIX (2019)
Kembali lagi bersama saya Izam Khan di moviepedia,
Kali ini saya akan membahas tentang film Indonesia yang belakangan ini menyita perhatian bagi para pecinta film tanah air, pasalnya film yang diproduksi oleh MD Pictures tersebut membawa nama Mario Kassar sebagai seorang Produser.
Oke langsung saja kita akan kupas film Indonesia yang bercita rasa Hollywood ini.
CREDIT :
Sutradara : Randy Korompis
Penulis : Randy Korompis
Musik : Rob Powers
Sinematografi : Ical Tanjung
Perusahaan produksi : Rapid Eye, MD Pictures
Tanggal rilis : 21 Februari 2019
Negara : Indonesia
Bahasa : Bahasa Inggris
Genre : Action, Sci-fi, Drama
Durasi : 114
Pemeran :
Penulis : Randy Korompis
Musik : Rob Powers
Sinematografi : Ical Tanjung
Perusahaan produksi : Rapid Eye, MD Pictures
Tanggal rilis : 21 Februari 2019
Negara : Indonesia
Bahasa : Bahasa Inggris
Genre : Action, Sci-fi, Drama
Durasi : 114
Pemeran :
Oka Antara sebagai Angga
Verdi Solaiman sebagai Oggi
Chicco Jerikho sebagai Spec
Rio Dewanto sebagai Bara
Arifin Putra sebagai Tino
Mike Lewis sebagai Ethan
Miller Khan sebagai Indra
Edward Akbar sebagai Wisnu
Julie Estelle sebagai Sari Nirmala
Norman R. Akyuwen sebagai Aula
Cok Simbara sebagai Soeganda
Godfred Orindeod sebagai Gecko
Willem Bevers sebagai Presiden Barona
Aurélie Moeremans sebagai Sersan Raya
Ario Prabowo sebagai Hengky
SINOPSIS :
Film ini bercerita tentang kondisi Indonesia pada masa depan. Dikisahkan, seorang mantan anggota marinir bersama teman-temannya berjuang menyelamatkan Indonesia dari kemiskinan dan kepemimpinan sebuah partai pemberontak yang kejam.
REVIEW :
Kehadiran sang legenda Mario Kassar yang berada di balik kesuksesan film-film Blockbuster Hollywood seperti Rambo, Basic Instinct dan Terminator tentu saja cukup menarik diperbincangkan kehadirannya dalam wajah sinema Indonesia.
Apakah ia hanya akan menjadi gimmick driven untuk menaikkan atensi publik atau memang sifat yang krusial terhadap produksi film secara keseluruhan. Walau sejujurnya tanpa kehadiran Kasar, Foxtrot six tidak pernah terlihat dan terasa seperti Action Sci-fi buatan Hollywood, alih-alih film ini terasa seperti Hollywood wanna be yang dibuat seseorang GIC dengan level ambisi minim pendewasaan.
Foxtrot six kurang menghadirkan sentuhan personal sutradaranya yang menjadikan film ini kurang bernyawa dan nyaris tidak memiliki rasa. Bahkan yang cukup menyedihkan film yang notabene melabeli diri sendiri sebagai film action hadir dengan koreografi medioker yang tidak menggugah sama sekali, sebenarnya dari segi visual film ini cukup memanjakan mata, walau ketika durasi semakin menanjak rupa-rupanya visual tersebut hanya berhenti di ranah gambar-gambar bagus yang direkam Ical Tanjung. Karena ketika kamera bergerak tied up atau adegan laga sedang digelar seringkali gerakan patah-patah mengganggu kenyamanan penonton. Walau phase merasa cukup nyaman menghadirkan plot demi plot yang entah bagaimana terasa familiar dan pernah kita lihat di film anu dan anu.
Meski premis foxtrot six sendiri cukup cerdas mengenai ketahanan pangan dunia yang sebenarnya memang akan menjadi permasalahan jangka panjang yang mau tidak mau akan kita hadapi di masa depan yang jarang sekali kita lihat hadir dalam glorifikasi ala Hollywood, dan ketika satu persatu anggota foxtrot dikenalkan tanpa set up memadai. Film ini hadir dalam kualitas terbaiknya yang sempat menaikkan antusiasme saya, namun kemudian karakter-karakter tersebut tidak dibekali dengan penggalian lebih lanjut dan seakan disia-siakan begitu saja yang kembali membuat tensi film menurun drastis. Seakan tidak belajar dari kesalahan Joko Anwar di Modus Anomali, Foxtrot six mengharuskan karakter-karakternya yang non-English speakers, kecuali Mike Lewis melafalkan dialog-dialog berbahasa Inggris, pilihan tersebut Saya pikir salah satunya untuk mengejar kemiripan sedekat mungkin dengan Hollywood yang saya rasa malah menjadi Senjata makan tuan karena efek Crinch yang luar biasa seringkali mengalihkan perhatian dan gagal mendeliver rasa yang dibutuhkan.
Naskah film ini disamping terkesan copas dari film anu dan anu, juga masih memiliki penyakit akut dengan scene-scene bodoh yang mengandung plot hole, sebutlah dengan kursi roda ala Maggie Gyllenhaal di The Dark Knight, serta detil-detil hilang timbul yang sebenarnya cukup fatal diabaikan begitu saja dan barangkali cukup naif apabila kita mengabaikan begitu saja kehadiran CGI yang cukup dominan di film ini.
Naskah film ini disamping terkesan copas dari film anu dan anu, juga masih memiliki penyakit akut dengan scene-scene bodoh yang mengandung plot hole, sebutlah dengan kursi roda ala Maggie Gyllenhaal di The Dark Knight, serta detil-detil hilang timbul yang sebenarnya cukup fatal diabaikan begitu saja dan barangkali cukup naif apabila kita mengabaikan begitu saja kehadiran CGI yang cukup dominan di film ini.
Secara umum kualitasnya tidak terlalu murahan bahkan cukup tepat guna walau masih terasa kasar dan lagi-lagi berpotensi mengalihkan perhatian, terutama kehadiran antagonis setengah mesin yang dengan mudah mengingatkan kita pada District 9 atau tipikal film Sci-fi Hollywood lainnya. Jajaran acting cukup baik, terutama Oka Antara yang tampil prima, walau bisa jauh lebih baik dengan dukungan script yang lebih matang. Julie Estelle terasa paling kaku dibandingkan dengan penampilannya di Milly Mamet. Chiko Jeriko awalnya terlihat karismatik namun kemudian terasa sepenuhnya bodoh ketika karakternya tidak mendapatkan pengembangan yang berarti. Sementara itu cukup menyenangkan melihat Mike Lewis, Verdi Solaiman dan Rio Dewanto terlihat lepas dengan karakter-karakter mereka dan murni bersenang-senang.
Overall dengan penantian sepanjang 9 tahun yang bermula dari sebuah teaser, film ini masih butuh nyawa yang mampu membuatnya terasa hidup dan Bernas.
Serta pemotongan durasi 10 menit saya rasa akan sangat membantu dan menyelamatkannya dari tipikal film sok ambisius yang malah jatuh membosankan dan melelahkan untuk disaksikan.
Kendati Randy korompis amat ambisius dengan debutnya ini, tetap saja foxtrot six masih terlalu dini dan terlalu prematur untuk diproduksi.
Sebuah pengalaman menonton setengah-setengah dan pada akhirnya Cukup melelahkan yang Tentu saja tidak akan pernah sanggup saya ulangi lagi di kesempatan yang lain untuk kedua kalinya.
Boleh setuju, boleh tidak.
Sebuah pengalaman menonton setengah-setengah dan pada akhirnya Cukup melelahkan yang Tentu saja tidak akan pernah sanggup saya ulangi lagi di kesempatan yang lain untuk kedua kalinya.
Boleh setuju, boleh tidak.
BERIKUT TRAILERNYA :
RATING :
5.5 / 10
Demikian ulasan film dari saya, pribadi saya ucapkan terimakasih dan mohon maaf bila ada salah kata.
BIJAKLAH DALAM MEMILIH TONTONANWassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
HIDUP ADALAH FILM TERBAIK 🎬
Komentar
Posting Komentar